Minggu, 21 Juni 2015

Begawan Cipta Wening (Tugas Review Pagelaran Wayang)



Tugas Review Pagelaran Wayang Kulit
Nama               : Nia Mutia Dina
NIM                : 123911076
Kelas               : TBI
Mata Kuliah    : Islam Budaya Jawa
Dosen              : M. Rikza Chamami
BEGAWAN CIPTA WENING
Dalam cerita ini di riwayatkan seorang raja raksasa bernama Prabu Niwatakawaca di Ima-imakan. Raja ini berkehendak akan meminang seorang bidadari di Suralaya (tempat dewa-dewa) bernama Dewi Supraba. Dewi Supraba adalah tokoh dalam cerita Mahabarata yang merupakan bidadari dari kahyangan Jonggringsaloka dan dianggap sebagai ratu bagi bidadari lainnya. Tetapi permintaan Prabu Niwatakawaca ditolak oleh Hyang Indra. Hyang Indra adalah Putra dari Hyang Guru, Dewa yang berkuasa di sebagian Jonggringsaloka yang disebut juga Kaendran.
Penolakan tersebut membuat Prabu Niwatakawaca sangat murka, sehingga ia hendak merusak Kaendran (tempat Betara Indra), padahal kekuasaan Hyang Indra begitu besar. Pada masa ini, Raden Arjuna sedang bertapa di bukit Indrakila dengan bergelar Begawan Mintaraga. Arjuna adalah seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Rosi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Tetapi sebenarnya tapa Arjuna ini menjadikan khawatir Hyang Indra, karena Arjuna akan diminta bantuannya untuk melawan seorang raja raksasa Prabu Niwatakaca yang akan menempuh Kaendran.
Raden Arjuna dijadikan unggulan para dewa untuk membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negera Manimantaka. Kekhawatiran Hyang Indra membuatnya menitipkan bidadari untuk menggoda Arjuna supaya batal dalam bertapanya. Tetapi penggoda itu tak dapat membatalkan tapa Arjuna, malah sebaliknya mereka merindukan Arjuna. Atas jasanya itu Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu Karitin dan mendapat anugerah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain: Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadali (dari Bhatara Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada).
Prabu Niwatakawaca mengirimkan seorang raksasa sakti bernama Mamangmurka yang kedatangannya hendak membinasakan Raden Arjuna. Setiba Mamangmurka di pertapaan itu lalu ia merusak daerah pertapaan. Sifat Arjuna yang cerdik, pandai, teliti, sopan santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Saat Arjuna mengetahui tempat pertapaannya dirusak oleh Mamangmurka, Berkatalah Arjuna: “Tingkah laku raksasa ini seperti seekor babi hutan”. Seketika itu Mamangmurka berubah menjadi babi hutan dan Hyang Indra dengan mengganti rupa seperti seorang pendeta bernama Resi Padya dan berjanji akan membunuh babi hutan itu. Resi Padya yang melepaskan anak panah mengenai badan babi hutan itu, pun dengan Arjuna yang memanah dan mengenai binatang itu.
Setelah itu terjadilah selisih antara Hyang Indra dan Arjuna, yang sama-sama mengakui anak panah di badan babi hutan adalah mirip mereka masing-masing. Akan tetapi sebenarnya Hyang Indra sangat bersuka cita dan hendak meminta bantuan pada Arjuna untuk memusnahkan Prabu Niwatakawaca. Arjuna adalah petarung tanpa tanding di medan laga, walaupun tubuhnya ramping, hatinya lembut tapi Arjuna adalah kesatria yang setia terhadap keluarganya. Benar saja Arjuna berhasil memusnahkan Prabu Niwatakawaca, kehendak Hyang Indra terlaksana berkat bantuan Arjuna. Sebagai hadiah kepada Arjuna, diangkatlah ia menjadi Raja di Kaindran untuk sementara hari. Menurut perhitungan Dewa sehari di alam manusia sama dengan satu bulan di Kaindran, begitulah Arjuna yang bergelar Prabu Kariti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar